Kuil Preah Vihear: Warisan Hindu yang Jadi Sengketa Thailand-Kamboja Selama Puluhan Tahun

     

    Konflik berkepanjangan antara Thailand dan Kamboja tak lepas dari sengketa atas sebuah situs suci berusia 900 tahun: Kuil Hindu Preah Vihear. Terletak di ketinggian 525 meter di Pegunungan Dangrek, Kamboja, kuil ini dibangun pada masa kejayaan Kekaisaran Khmer dan didedikasikan untuk Dewa Siwa.

    Meski tidak sebesar dan sepopuler Angkor Wat, Preah Vihear memiliki nilai spiritual dan simbolik yang besar bagi kedua negara. Sekitar 95 kilometer di sebelah barat, terdapat kuil Ta Muen Thom, peninggalan abad ke-12 yang kini menjadi titik baru ketegangan.

    Bentrokan Terbaru di Dekat Ta Muen Thom

    Ketegangan kembali meningkat pada Kamis, 24 Juli 2025, ketika pasukan Thailand dan Kamboja terlibat bentrokan bersenjata di sekitar kompleks Ta Muen Thom. Militer Thailand mengklaim bahwa insiden dipicu oleh penerbangan drone milik Kamboja yang terbang di atas wilayah perbatasan. Upaya diplomatik untuk meredakan situasi gagal, hingga akhirnya baku tembak pecah sekitar pukul 08.20 waktu setempat.

    Warisan Dunia yang Jadi Pusat Perselisihan

    Preah Vihear telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 2008. Situs ini merupakan kompleks kuil yang memanjang sejauh 800 meter, terdiri dari serangkaian tempat suci yang dihubungkan oleh tangga dan jalan setapak. Struktur bangunannya menunjukkan keahlian arsitektur luar biasa yang selaras dengan lingkungan alami dan nilai-nilai keagamaannya.

    Menurut UNESCO, keberadaan kuil ini sudah tercatat sejak abad ke-9, meskipun struktur utamanya dibangun pada paruh pertama abad ke-11. Uniknya, tidak seperti kuil Khmer lainnya yang menghadap ke timur dalam bentuk persegi panjang, Preah Vihear dibangun memanjang dari utara ke selatan—sebuah ciri khas yang menjadikannya berbeda.

    Akar Sengketa Sejak Era Kolonial

    Sumber konflik ini berakar pada perbedaan interpretasi terhadap peta yang dibuat pada masa kolonial Prancis. Pada 1962, Mahkamah Internasional (ICJ) memutuskan bahwa Preah Vihear secara sah berada dalam wilayah Kamboja, dan Thailand diperintahkan untuk menarik pasukan serta mengembalikan semua artefak yang diambil setelah tahun 1954.

    Putusan itu didasarkan pada peta tahun 1907 yang dibuat oleh surveyor Prancis, yang memasukkan Preah Vihear ke dalam wilayah protektorat Kamboja. Meskipun Thailand—yang kala itu masih bernama Siam—pernah menyetujui peta tersebut, pihak berwenang Thailand belakangan menolak dasar peta itu dan menyatakan bahwa batas wilayah seharusnya mengikuti aliran air alami sebagaimana perjanjian sebelumnya.

    Ketegangan Kembali Memuncak Pasca-2008

    Upaya Kamboja untuk mendaftarkan Preah Vihear sebagai situs warisan UNESCO pada 2008 memicu gelombang protes di Thailand. Menteri Luar Negeri Thailand saat itu, Noppadon Pattama, bahkan mengundurkan diri setelah mendapat tekanan publik akibat mendukung pendaftaran tersebut.

    Di tahun yang sama, bentrokan bersenjata kembali terjadi di kawasan perbatasan, menewaskan sejumlah prajurit dari kedua negara. Sejak saat itu, Preah Vihear tak hanya menjadi situs spiritual dan arsitektur yang penting, tetapi juga simbol konflik batas wilayah yang belum sepenuhnya selesai hingga hari ini.


    PT DUA SISI MEDIA

    PT DUA SISI MEDIA
    Jurnalis Berita Independen - Aktivitas Kantor Berita Oleh Swasta

    TOKO ONLINE

    TOKO ONLINE
    Jual Atau Beli "Apapun" di Toko ini

    KONTAK

    Telp. (0751) 8970711
    Whatsapp: 0822-3345-6667
    cs.082233456667@gmail.com